SEMARANG – Kota Semarang semakin macet parah, terutama di beberapa ruas jalan utama, seperti Jalan Raya Mijen.
Setiap pagi dan sore hari, kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor, harus antre panjang di persimpangan lampu lalu lintas, membuat arus lalu lintas semakin padat.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu lokasi, tetapi di berbagai titik strategis lainnya di kota ini.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk, pembangunan perumahan di Kota Semarang pun meningkat drastis.
Namun, pertumbuhan ini sayangnya tidak dibarengi dengan peningkatan yang memadai dalam jumlah dan aksesibilitas transportasi umum.
Banyak warga akhirnya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk bepergian, terutama untuk keperluan bekerja dan mengantar anak sekolah.
Penyebab Utama Kemacetan di Semarang
Menurut pakar transportasi dari Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, salah satu penyebab utama kemacetan di Kota Semarang adalah kurangnya pelayanan angkutan umum di kawasan perumahan.
Banyak perumahan yang tidak terjangkau oleh angkutan umum massal, sehingga masyarakat terpaksa menggunakan kendaraan pribadi.
“Dahulu, pada awal tahun 80-an, kawasan perumnas di Semarang, seperti Sampangan, Banyumanik, dan Krapyak, dilayani oleh angkutan umum.”
”Namun, saat ini hanya sebagian kecil perumahan yang mendapatkan layanan angkutan kota (angkot) atau bus,” ungkap Djoko.
Berdasarkan data yang dihimpun Djoko, saat ini terdapat sekitar 112 perumahan di Kota Semarang, dengan banyak pengembangan terjadi di kawasan Mijen.
Sayangnya, layanan Trans Semarang, sebagai angkutan umum andalan kota ini, belum bisa menjangkau seluruh kawasan tersebut.
Solusi: Penambahan Armada Trans Semarang
Djoko Setijowarno menegaskan bahwa solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan di Semarang adalah dengan menambah armada bus dan feeder Trans Semarang.
“Jumlah bus harus ditambah, dan sebaiknya bisa masuk ke dalam area perumahan, bukan hanya berhenti di jalan utama,” jelas Djoko.
Data menunjukkan bahwa pada tahun 2021, Trans Semarang memiliki 245 armada, terdiri dari 170 bus dan 75 feeder.
Angka ini meningkat menjadi 259 unit pada September 2023.
Meskipun ada peningkatan, Djoko menilai jumlah tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan transportasi umum di Semarang.
Anggaran Besar, Tapi Kemacetan Tak Kunjung Usai
Trans Semarang mendapat alokasi dana dari APBD Kota Semarang yang cukup besar.
Pada tahun 2024, dana yang digelontorkan mencapai Rp 265 miliar, jauh lebih besar dibandingkan Trans Jateng yang hanya mendapatkan Rp 110 miliar dari APBD Provinsi Jawa Tengah.
Jumlah anggaran yang didapatkan Trans Semarang ini merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, hanya kalah dari DKI Jakarta.
“Seharusnya, dengan anggaran sebesar itu, masalah kemacetan ini bisa teratasi lebih baik lagi,” lanjut Djoko.
Namun, hingga kini, kemacetan tetap menjadi problem yang belum terselesaikan di Kota Semarang.
Dampak: Meningkatnya Jumlah Kendaraan Pribadi
Akibat kurangnya akses transportasi umum yang memadai, banyak warga yang terpaksa membeli kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor.
Walapun harus menanggung cicilan hingga beberapa tahun kedepan.
Menurut Djoko, hal ini berdampak pada meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, yang akhirnya menyebabkan kemacetan semakin parah.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah kendaraan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2021, terdapat 179.919 mobil di Semarang, dan jumlah ini melonjak menjadi 273.885 mobil pada tahun 2023.
Jumlah sepeda motor juga tidak kalah mengejutkan, mencapai 1.553.242 unit pada tahun 2023, naik dari 1.236.161 unit pada tahun 2021.
Pelebaran Jalan Bukan Solusi Jangka Panjang
Djoko juga menekankan bahwa pelebaran jalan bukanlah solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan.
Menurutnya, solusi terbaik adalah dengan meningkatkan layanan transportasi umum.
“Pelebaran jalan itu bukan solusi, justru bisa menjadi celah untuk korupsi,” tegas Djoko.
Dia berharap, Wali Kota Semarang yang terpilih nanti bisa fokus pada penyelesaian masalah kemacetan ini.
Jika tidak, Djoko khawatir bahwa cita-cita Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.
Kemacetan di Kota Semarang merupakan masalah yang kompleks dan membutuhkan solusi yang tepat serta komitmen dari berbagai pihak.
Penambahan angkutan umum, terutama bus Trans Semarang, dapat menjadi salah satu solusi efektif untuk mengurangi ketergantungan warga terhadap kendaraan pribadi.
Dengan penataan transportasi umum yang lebih baik, diharapkan kemacetan di Kota Semarang bisa berkurang, sehingga mobilitas warga menjadi lebih lancar dan efisien.
Pemerintah kota, dengan dukungan anggaran yang cukup besar, diharapkan bisa membuat langkah konkret untuk memperbaiki sistem transportasi umum di Kota Semarang.
Sehingga kota ini bisa terus berkembang tanpa dihantui oleh masalah kemacetan yang berkepanjangan.
Sumber : suaramerdeka.com
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo, pikadadamai, pilkadajatengdamai, pilgubjatengdamai