JEPARA – Letak Kabupaten Jepara yang berada di pesisir, membuat daerah dikenal dengan ukiran kayunya ini sangat beresiko terdampak abrasi dan rob.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara telah melakukan mitigasi bencana alam mencatat ada tujuh kecamatan di Kabupaten Jepara terancam banjir rob maupun abrasi.

Tak hanya itu, hasil mitigasi terdapat enam potensi bencana yang berpotensi terjadi selama musim hujan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Jepara, Arwin Noor Isdiyanto mengatakan banjir rob dan abrasi mengancam wilayah pesisir di tujuh kecamatan yang ada di Jepara.

Tujuh kecamatan yang berpotensi mengalami banjir rob dan abrasi yaitu Kecamatan Kedung, Tahunan, Jepara, Mlonggo, Bangsri, Kembang, dan Keling.

Banjir Rob berpotensi terjadi di Kecamatan Kedung yaitu di Desa Kedungmalang, Surodadi, dan Panggung serta Kecamatan Jepara berada di Kelurahan Jobokuto dan Ujungbatu.

Banjir rob menurutnya terjadi saat gelombang pasang air laut bersamaan dengan tingginya curah hujan.

Potensi banjir rob lebih sering terjadi di wilayah pesisir utara Jepara.

“Dampak banjir rob selain menggenangi pemukiman masyarakat dan lahan tambak juga mengganggu aktivitas para nelayan,” kata Arwin kepada Tribunjateng, Selasa (17/12/2024).

Menurutnya bencana abrasi berpotensi terjadi di Kecamatan Kedung, Tahunan, Bangsri, Mlonggo, Kembang, dan Keling.

Dampak dari bencana tersebut juga sama seperti Banjir Rob yaitu merusak pemukiman serta lahan tambak milik warga yang berada di daerah pesisir.

“Banjir rob ini penyebabnya kombinasi antara curah hujan tinggi dan gelombang pasang atau banjir rob, terutama di Pesisir Bangsri dan Kedung,” ucapnya.

Di sisi lain, dari data Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jepara, mencatat bencana abrasi mulai terjadi di pesisir Jepara sejak tahun 1961 dan terus terjadi hingga saat ini.

Desa dan kecamatan yang terdampak meliputi, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri yang berdampak pada sekitar 200 hektar lahan sawah sepanjang 5,5 km, Desa Balong, Kecamatan Kembang yang berdampak pada area sawah dan tempat wisata seluas 1 hektare dengan panjang sekitar 1 km.

Desa Bumiharjo, Kecamatan Keling berdampak pada 31 rumah warga dan area sandaran perahu sepanjang 0,75 km, Desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo berdampak pada area sawah seluas 16 hektar dan 180 rumah warga sepanjang 4,9 km, dan Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo yang berdampak pada 39 hektare sawah dan 79 rumah warga sepanjang 4 km.

“Sedangkan untuk banjir rob sendiri mulai terjadi di wilayah pesisir Jepara sekitar 10 tahunan terakhir karena diurugnya tambak-tambak sebagai area untuk sirkulasi air saat naik,” ucap Dwi Yogo, Kepala Bidang Perekenomian Infrastruktur SDA dan Kewilayahan, Bappeda Jepara.

sumber: TribunBanyumas.com

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Artanto, Ribut Hari Wibowo