Semarang – Belum selesai kasus dugaan perundungan dan pemalakan terhadap mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialisasinya (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang kini masih ditangani polisi, bola panas kembali diembuskan adanya tindakan pelecehan seksual.
Kasus PPDS Anestesi Undip Semarang terus menjadi sorotan setelah dugaan perundungan dan pemalakan hingga kematian dokter Aulia Risma Lestari yang masih dalam penyelidikan polisi, kini muncul dugaan pelecehan seksual setelah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan adanya sexual harrasment usai meresmikan Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di RSUP Prof dr IGNG Ngoerah, Bali, Senin, 2 september 2024.
“Kita terus dalami dan selidiki setiap informasi dan barang bukti yang didapat, semua masih berkembang setelah adanya koordinasi dengan Kementerian Kesehatan,” kata Kepala Divisi Humas Polda Jawa Tengah Kombes Artanto ditanyakan perkembangan kasus melilit PPDS Anestesi Undip tersebut.
Saat ini setidaknya ada tiga kasus sedang dalam penyelidikan polisi, ungkap Artanto, yakni perundungan, pemalakan dan kematian dokter Aulia Risma Lestari, selain telah memeriksa lebih dari 10 saksi polisi juga telah mengantongi sejumlah barang bukti, sedangkan adanya temuan lain masih terus didalami dan diselidiki untuk mengungkap secara terang benderang.
Sementara itu Dekan Fakultas Kedokteran Undip Semarang Yan Wisnu Prajoko mengatakan akan buka-bukaan semua terkait dengan investigasi dan penyelidikan baik dilakukan oleh tim Kementerian Kesehatan maupun kepolisian.
“Kita terbuka semuanya dan kami berkomitmen kepada semua pihak untuk melakukan investigasi ke dalam,” imbuhnya.
Meskipun saat ini PPDS Anestesi Undip di RSUP Kariadi Semarang dibekukan, lanjut Yan Wisnu Prajoko, namun program pendidikan tersebut tetap berjalan dan berlanjut. Saat ini, pembekuan mulai sangat mengganggu aktivitas rumah sakit Kariadi, karena setiap hari ada 300 pasien yang harus ditangani baik sebagai dosen dan dokter bedah konsultan kanker.
Sebelumnya mahasiswa senior PPDS Anestesi Undip Semarang Angga Rian membantah adanya pemalakan, namun mengakui bahwa ada iuran yang dikelola untuk kebutuhan bersama, terutama saat jaga malam karena ada kalanya dokter residen tidak dapat meninggalkan kamar operasi hanya sekadar untuk makan, sehingga sistemnya secara gotong-royong.
“Program operasi Kariadi ini 24 jam, untuk makan malam kita tidak disediakan makan malam oleh rumah sakit, karena residen ini posisinya masih di kamar operasi menjalankan pembiusan, salah satu sistemnya adalah kita dibelikan makanan dan itu akan berlanjut seperti itu terus sampai program operasinya bisa selesai,” kata Angga Rian.
Meskipun tidak tahu secara persis uang dibayarkan oleh dokter Aulia Risma Lestari, menurut Angga, namun jumlah iuran tidak tentu, hal itu tergantung kebutuhan seperti untuk makan, rumah tangga, air minum yang diatur oleh bendahara.
“Kalau nilainya saya tidak tahu persis karena tidak seangkatan dengan almarhum,” imbuhnya.
Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, AKBP Sigit, AKBP Erick Budi Santoso, Iptu Mohammad Bimo Seno, AKBP Suryadi, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, Kepolisian Daerah Jateng, Polisi Jateng, Polri, Polisi Indonesia, Artanto, Ribut Hari Wibowo