SEMARANG – Ayah GRO (17), pelajar SMK Negeri 4 Semarang yang tewas ditembak polisi, mengaku setiap hari didatangi anaknya lewat mimpi.

Keluarga berharap, kasus polisi tembak siswa SMK di Semarang ini ditangani transparan.

Mereka menuntut pelaku dipecat dari Polri.

Hal ini disampaikan bude GRO, Diah Pitasari, saat menghadiri proses ekshumasi atau pembongkaran makam yang dilakukan Polda Jateng di TPU Bangunsari, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (29/11/2024).

Proses ekshumasi ini merupakan bagian dari upaya Polda Jateng mengungkap penyebab kematian GRO.

Sebelum proses ekshumasi, Diah mengatakan, ayah GRO mengaku didatangi putranya lewat mimpi.

Dia menduga, hal ini terkait dengan peluru yang diperkirakan masih bersarang di jenazah GRO.

“Kata ayahnya itu, Gamma (GRO) tiap hari datang (ke mimpi), mungkin karena peluru masih di dalam tubuhnya Gamma,” katanya di lokasi ekshumasi, dikutip dari Tribunsolo.com.

Menurut Diah, informasi yang didengar, dalam autopsi yang dilakukan tim ekshumasi, peluru yang bersarang di jenazah GRO sekalian di keluarkan.

“Pas di Kariadi (RSUP Kariadi, Red), memang infonya peluru masih di tubuh Gama, ini sekalian dikeluarkan, kasihan Gamma,” ungkapnya.

Namun, soal peluru yang masih berada di tubuh GRO, Kabiddokkes Polda Jawa Tengah Kombes Pol Agustinus yang memimpin ekshumasi, enggan menjelaskan.

Dia meminta semua pihak menunggu hasil autopsi yang akan diserahkan ke penyidik.

“Besok (Sabtu, Red), hasilnya kami serahkan ke penyidik, dan saya juga belum dapat laporan hasil dari para dokter spesialis forensik yang terlibat,” ungkapnya.

Minta Pelaku Dipecat

Sementara, keluarga GRO meminta, polisi kasus polisi tembak siswa SMK Semarang ini diusut tuntas dan transparan.

“Saya sudah sampaikan, jangan ada yang ditutupi, harus transparan, besok harapannya bisa dapat hasil autopsinya,” kata bude GRO, Diah Pitasari, Jumat.

Diah juga meminta, polisi pelaku penembak GRO hingga tewas, dihukum seberat-beratnya dan dipecah.

Dia juga mengkritik Kapolrestabes Semarang yang dinilai melindungi anak buahnya lewat pernyataan soal kejadian.

“Pembunuhnya segera mendapat keadilan, kita targetnya dipecat. Kapolrestabes semoga dipindahtugaskan, dia hanya melindungi anggotanya,” harapnya.

“Belum ada pembuktin, sudah mendzalimi yang lain, harusnya pembuktian dulu, kalau terbukti kan baru, ini sudah seakan-akan anak buahnya benar, di lapangan belum ada olah perkara, visum, kok sudah berani membuktikan dengan pernyataan itu,” tambahnya.

Polda Jateng Janjikan Transparan

Terpisah, Dirreskrimsus Polda Jawa Tengah Kombes Pol Dwi Subagio memastikan, kasus kematian GRO akan ditangani secara transparan.

“Bapak Kapolda telah memerintahkan kepada kita semuanya, penegakkan hukum paling utama, perkarakasus penembakan di Semarang kita harus transparan,” ujarnya.

“Siapa yang berbuat, ya kalau itu ada tindakan yang salah, dia harus bertanggung jawab,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, angggota Satres Narkoba Polrestabes Semarang Aipda Robig Zaenudin menembak tiga siswa SMKN 4 Semarang, Minggu (24/11/2024) dini hari.

Peristiwa di wilayah Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, itu diklaim polisi dipicu tawuran anggota dua gangster.

Aipda Robig menembakkan dua peluru setelah mengaku diserang, saat berusaha melerai tawuran.

Satu peluru kena pinggang GRO dan membuat korban tewas.

Sementara, satu pelur lain mengenai dua teman GRO yang mengakibatkan luka di dada dan tangan. Dua teman GRO ini selamat.

Namun, klaim terjadinya tawuran disangsikan sejumlah pihak, terutama teman, pihak sekolah, dan keluarga korban.

Mereka meragukan GRO terlibat gangster, mengingat GRO merupakan pelajar yang santun, baik, dan berprestasi di sekolah.

sumber: TribunBanyumas.com

 

Polrestabes Semarang, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, Kota Semarang, Pemkot Semarang, Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, Kepolisian Resor Kota Besar Semarang, Polisi Kota Besar Semarang, Artanto, Ribut Hari Wibowo