Berita

Ratusan Rumah di Sayung Demak Terendam Banjir, Warga Diminta Waspada

Demak – Sejumlah desa di Kecamatan Sayung, Demak tergenang banjir akibat curah hujan tinggi beberapa hari terakhir. Camat Sayung, Sukarman menyebut banjir telah terjadi sejak tiga hari lalu. Dia menilai banjir itu sulit surut karena geografis sejumlah desa itu berbentuk cekung.

Pantauan di lokasi sekitar pukul 16.30 WIB jalan raya Desa Kalisari, Kecamatan Sayung, Demak masih terendam banjir dengan ketinggian air sekitar 20 centimeter (cm) hingga 60 centimeter. Nampak banjir menggenang sepanjang dua kilometer. Rendaman banjir itu di jalan Raya Desa Kalisari dan Karangasem.

Titik tertinggi salah satunya di depan Balai Desa Kalisari sekitar 50 hingga 60 centimeter. Selain itu depan Masjid Jamik Kalisari sekitar 40 hingga 60 centimeter.

Sejumlah anak bermain di area banjir depan Balai Desa Kalisari. Selain itu sejumlah pengendara sepeda motor juga nampak mogok setelah menerjang banjir di area itu.

“Jadi karena curah hujan yang sangat tinggi beberapa hari belakangan ini, ada beberapa desa di wilayah Kecamatan Sayung yang kebanjiran. Desa Kalisari, Desa Sayung, Desa Loireng. Tiga desa ini yang kondisinya saya katakan lumayan parah,” kata Camat Sayung, Sukarman, saat ditemui di kantornya, Jumat (31/1/2025).

“Ada yang (banjir sejak) tiga hari yang lalu, ada yang sebelumnya,” lanjutnya.

Ia menjelaskan di Desa Kalisari sebanyak 250 rumah terendam dengan ketinggian 30 hingga 50 centimeter. Sementara di jalan rayanya banjir menggenangi dengan kedalaman hingga 50 sentimeter.

“Di Desa Kalisari itu ada lebih 250 rumah terendam. Ini dengan ketinggian antara 30-50 sentimeter. Kalau di jalanan Balai Desa Kalisari itu sampai di angka 50 centimeter ada sepanjang Jalan Kalisari sampai dengan Kelurahan Karangasem juga,” terangnya.

Di Desa Sayung, lanjutnya, 80 persen warganya terdampak banjir. Titik terdalam di Dukuh Ngepreh dengan kedalaman 80 centimeter.

“Kemudian di Desa Sayung ini 80 persen rumah warga terendam. Dengan ada titik terdalam itu di Dukuh Ngepreh itu di RT 4 RW 6, bahkan ada di jalan itu ada kedalaman 80 sentimeter,” terangnya.

Selain itu di Desa Loireng, ia menyebut sebanyak 900 rumah terendam dengan ketinggian 10 hingga 30 sentimeter. Sementara di jalan desa itu hingga sekitar 60 sentimeter.

“Kemudian di Desa Loireng ada 900-an rumah ini juga terendam. Kedalaman air yang masuk antara 10 cm sampai 30 cm. Kalau di jalanan di Desa Loireng ini ada yang di angka 60 sentimeter,” tuturnya.

Ia menerangkan Desa Prampelan juga sempat terendam banjir akibat luapan sungai. Namun kondisinya tidak lebih parah dibanding tiga desa tersebut.

“Kemudian di Desa Prampelan ini kemarin ada luapan dari Sungai Seruni ini sempat masuk ke permukiman aja, namun ini tidak seperti di Desa Kalisari, maupun Desa Sayung, dan Loireng,” ujarnya.

Selain itu ia menyebut banjir akibat rob juga terjadi di sejumlah desa di wilayahnya. Yaitu seperti Sriwulan, Timbulsloko, Tugu, dan sebagainya.

“Kemarin dari beberapa minggu yang lalu ya, karena rob ini juga kadang malam kadang siang, dan beberapa hari yang lalu sempat di Desa Sriwulan, kemudian Desa Timbulsloko, maupun Desa Tugu, Surodadi, sebenarnya kan selalu terdampak terkait dengan tingginya air pasang tersebut,” terangnya.

“Sampai saat ini tidak ada yang mengungsi,” imbuhnya.

Ia menambahkan penyebab banjir di wilayahnya sulit surut tersebut terdapat sejumlah alasan. Diantaranya pengendalian air melalui siphon dan juga geografis wilayah yang cekung.

“Kalau kondisi Desa Sayung, kebetulan air dari Desa Loireng dan Tambakroto itu banyak yang mengalirnya ke Desa Sayung, sehingga pembuangan dari desa Sayung dengan kondisi air di Sungai Dombo juga tinggi, jadi dipompa membuangnya juga susah juga,” terangnya.

“Kemudian terkait dengan normalisasi di Kali Siphon bawah Jembatan Tol itu juga nantinya kebetulan, Kades Tambakroto, Sayung, Loireng sudah ada koordinasi untuk penanganan memaksimalkan pintu air di kali siphon itu,” sambungnya.

Selain itu, lanjutnya, penyebab banjir di Desa Kalisari yaitu lantaran kiriman air dari desa-desa lain. Sehingga perlu adanya koordinasi antas desa.

“Di Kalisari kemarin berjalan (pompanisasi), kemudian di tahun 2024 kemarin alokasi anggaran baik dari Pemkab untuk rumah pompa termasuk pompanya, termasuk dari APBDes yang bersumber dari dana desa untuk rumah pompa maupun pompa,” ujarnya.

“Namun kebetulan di Desa Kalisari juga ada tiga desa yang, Desa Kalisari itu tergenang air disedot, dipompa itu, baik di Desa Jetaksari, kemudian Jamus-Mranggen, kemudian Wringinjajar-Mranggen ini nyuplai air yang ke wilayah Desa Kalisari, sehingga genangan air di Desa Kalisari ini mungkin di Desa Kalisarinya masih dalam, tapi di tiga desa tersebut alhamdulillah sudah kering. Jadi mungkin ke depan diupayakan untuk bisa bekerjasama antar desa dalam rangka memaksimalkan pompanisasi tersebut,” imbuhnya.

sumber: detikjateng

 

Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, Kombes Pol Ari Wibowo, Kompol Muhammad Fachrur Rozi, Artanto, Ribut Hari Wibowo

Related Posts

1 of 7,905