NewsSeputar Jateng

Rob Masih Merendam Pantura Demak, Pengendara Cari Jalan Alternatif

Selain itu, sejumlah desa di Kecamatan Karangtengah, seperti Desa Tambakbulusan dan Wonoagung, juga terendam banjir rob. Adapun di Desa Margolinduk, Morodemak, Purworejo, Tridonorejo, dan Gebang di Kecamatan Bonang, banjir rob juga terjadi. Sementara itu, Desa Wedung, Kedungmutih, dan Babalan di Kecamatan Wedung juga tidak luput dari genangan rob.

”Dampak genangan banjir dan rob yang terjadi pada ruas jalan nasional menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hal itu berpotensi mengganggu perekonomian masyarakat. Sedangkan rob yang terjadi di permukiman mengganggu aktivitas sehari-hari warga, termasuk mengganggu kesehatan mereka,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Demak M Agus Nugroho, Jumat (19/5/2023).

Idayatul Rohmah (27), warga Demak yang sehari-hari bekerja di Kota Semarang, mengaku sudah sepekan terakhir selalu terjebak kemacetan di jalan pantura Sayung, Demak. Kemacetan itu disebut Idayatul terjadi karena sejumlah kendaraan memperlambat laju kendaraannya saat melintasi rob. Kemacetan juga semakin parah akibat adanya kendaraan yang mogok setelah memaksa menerjang rob.

”Kalau masih siang biasanya robnya tidak tinggi, masih bisa dilewati, jadi saya lewat jalan pantura. Tapi, kalau sudah sore menjelang malam, airnya sudah tinggi jadi saya pilih lewat jalur lain karena sudah pasti macet di situ,” tutur Idayatul.

Dari Kota Semarang, Idayatul biasanya akan melintasi wilayah Kecamatan Pedurungan untuk menuju Kecamatan Mranggen yang ada di bagian selatan Demak. Dari Mranggen, Idayatul menuju ke jalan pantura Onggorawe, Sayung. Biasanya, wilayah Onggorawe aman dari terjangan rob.

Jalur memutar yang dipilih Idayatul itu memakan waktu 30-45 menit lebih lama. Meski demikian, ia mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Baginya, yang terpenting adalah tidak terjebak kemacetan dan kendaraannya tidak rusak karena terkena air rob.

Kemacetan di jalan pantura Demak akibat rob sempat menjadi salah satu topik tren di Twitter, beberapa hari lalu. Persoalan itu kian viral ketika ulama asal Rembang, Ahmad Mustofa Bisri, turut menyampaikan keresahannya saat terjebak kemacetan akibat rob di Demak melalui sebuah unggahan di Instagram, Senin (15/5/2023).

Pada Rabu (16/5/2023), Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berkunjung ke Demak untuk meninjau kondisi dan upaya penanganan banjir rob di wilayah tersebut. Ganjar meminta masyarakat untuk bersabar dan bisa memahami kondisi yang ada.

”Kami sedang mencoba mengatur manajemen lalu lintasnya agar pengguna (paham) ini waktunya rob, kita minggir dulu, sambil ini terus diperbaiki. Jadi, kami minta kesabaran dari masyarakat, sambil kami atur jalan-jalan agar bisa menjadi jalan alternatif,” ujarnya.

Menurut Ganjar, masyarakat Demak sudah terbiasa menghadapi banjir rob. Meski demikian, pemangku kebijakan tidak boleh diam saja melihat hal tersebut. Salah satu upaya yang sedang ditempuh pemerintah adalah menyelesaikan pembangunan tol Semarang- Demak. Infrastruktur tersebut digadang-gadang sekaligus menjadi tanggul laut untuk melindungi masyarakat dari rob.

Ganjar mengatakan, ada tiga paket dalam pengerjaan Tol Semarang-Demak seksi 1. Paket 1a merupakan pembangunan jalan tol, paket 1b merupakan pembangunan tanggul laut, dan paket 1c merupakan pembangunan kolam retensi.

”Kolam retensi ini nanti akan diambil tanahnya sampai 4 meter ke bawah, terus kemudian depositnya dibuang ke sekitar Desa Sriwulan. Kalau dibuang (ke Desa Sriwulan) ini kering nanti,” ucap Ganjar.

Desa Sriwulan adalah desa yang wilayahnya terendam rob. Genangan rob di wilayah yang dihuni 198 keluarga itu tidak pernah surut.

Muka tanah

Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung, Mila Karmilah, mengatakan, rob di Demak terjadi karena penurunan muka tanah. Faktor utama pemicu penurunan muka tanah adalah masifnya pembangunan di wilayah pesisir. Padahal, jenis tanah di wilayah pesisir tidak padat dan tidak ideal untuk dibebani bangunan di atasnya.

Pembangunan jalan tol sekaligus tanggul laut yang saat ini sedang dilakukan itu tidak akan langsung menyelesaikan rob, malah bisa menimbulkan dampak yang semakin parah bagi wilayah yang tidak ditanggul.

Permukiman warga yang masih terus bertahan dengan keadaan rumahnya yang setiap saat tenggelam saat pasang air laut di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (16/5/2023).

”Pembangunan itu butuh banyak air dan biasanya sumber air yang digunakan untuk itu air bawah tanah. Padahal, pengambilan air bawah tanah bisa mempercepat penurunan muka tanah. Kalau memang harus membangun di wilayah pesisir, setidaknya pakai air yang bukan dari bawah tanah, bisa dengan menyuling air laut atau menggunakan air di permukaan,” ujar Mila.

Tak hanya itu, rob yang terjadi di Demak juga diperkirakan Mila terjadi karena adanya perubahan arus air laut. Perubahan arus air laut salah satunya dipicu oleh reklamasi yang dilakukan di Kota Semarang. ”Air laut yang harusnya ke Semarang akhirnya lari ke Demak, jadi robnya semakin parah,” katanya.

Mila menambahkan, penanganan terhadap persoalan rob di Demak harus dilakukan dengan komprehensif. Selama ini, Mila menilai pemerintah masih mengatasi persoalan tersebut secara parsial. Salah satu yang dicontohkan adalah pembangunan tol tanggul laut.

”Pembangunan jalan tol sekaligus tanggul laut yang saat ini sedang dilakukan itu tidak akan langsung menyelesaikan rob, malah bisa menimbulkan dampak yang semakin parah bagi wilayah yang tidak ditanggul. Kalau mau aman semua, ditanggul semua jangan parsial,” ujarnya.

Mila menyarankan, setelah pembangunan tanggul laut, pemerintah perlu menanam mangrove. Hal itu untuk memberi tambahan proteksi apabila suatu saat tanggul rusak atau jebol.

Sumber: kompas.id

Related Posts

1 of 5,710